Makanan yang diolah dengan cara dibakar memang memiliki cita rasa yang khas dan menggugah selera. Namun, di balik kelezatannya, tersembunyi potensi risiko kesehatan yang tidak boleh diabaikan. Para ahli kesehatan dan penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa konsumsi makanan bakar-bakaran secara berlebihan dapat menjadi salah satu pemicu kanker.
Menurut laporan yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Rabu, 17 September 2025, di Jenewa, Swiss, proses pembakaran daging dan makanan lainnya pada suhu tinggi menghasilkan senyawa kimia berbahaya seperti Heterocyclic Amines (HCA) dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH). Senyawa-senyawa inilah yang diidentifikasi sebagai salah satu pemicu kanker, terutama kanker usus besar, prostat, dan payudara.
Dr. Maya Sari, seorang onkolog dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dalam seminar kesehatan yang diadakan pada Sabtu, 20 Desember 2025, di Jakarta Pusat, menjelaskan lebih lanjut mengenai mekanisme terbentuknya senyawa karsinogenik pada makanan yang dibakar. “Ketika daging atau ikan terpapar panas tinggi dari arang atau api langsung, asam amino dan kreatin yang terkandung di dalamnya bereaksi dan menghasilkan HCA. Sementara itu, PAH terbentuk ketika lemak dan tetesan cairan dari daging yang terbakar menetes ke sumber panas dan menghasilkan asap yang kemudian menempel pada permukaan makanan,” paparnya.
Lebih lanjut, Kompol. Bambang Wijaya, S.H., M.H., dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, dalam konferensi pers terkait kasus penemuan zat berbahaya dalam produk makanan ilegal pada hari Jumat, 15 Agustus 2025, di Jakarta Selatan, juga memberikan imbauan kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan olahan, termasuk yang dibakar. Meskipun kasus tersebut tidak secara langsung terkait dengan makanan bakar rumahan, beliau menekankan pentingnya proses pengolahan makanan yang aman untuk menghindari kontaminasi zat berbahaya yang berpotensi menjadi pemicu kanker.
“Kami terus melakukan pengawasan terhadap peredaran produk makanan yang tidak memenuhi standar keamanan. Masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya pengolahan makanan yang tidak tepat,” ujar Kompol. Bambang.
Oleh karena itu, membatasi konsumsi makanan jenis bakar-bakaran adalah langkah penting dalam upaya pencegahan kanker. Bukan berarti harus sepenuhnya menghindarinya, namun frekuensi dan cara pengolahannya perlu diperhatikan. Menggunakan suhu yang lebih rendah, membolak-balik makanan secara teratur, dan membuang bagian yang gosong dapat membantu mengurangi pembentukan senyawa pemicu kanker. Mengombinasikan makanan bakar dengan sayuran dan buah-buahan yang kaya antioksidan juga dapat membantu menetralkan efek buruk dari senyawa karsinogenik.
Informasi Penting Terkait Pencegahan Kanker:
- Peran Antioksidan: Antioksidan yang terdapat dalam buah dan sayuran dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, termasuk yang dihasilkan dari senyawa karsinogenik.
- Metode Memasak Alternatif: Selain dibakar, ada berbagai metode memasak lain yang lebih sehat seperti dikukus, direbus, dipanggang dengan suhu rendah, atau ditumis.
- Pentingnya Pola Makan Seimbang: Pola makan yang kaya serat, rendah lemak jenuh, dan tinggi nutrisi penting lainnya berperan besar dalam menjaga kesehatan tubuh dan mengurangi risiko berbagai penyakit, termasuk kanker.
- Deteksi Dini Kanker: Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat membantu mendeteksi kanker pada stadium awal, sehingga peluang keberhasilan pengobatan menjadi lebih tinggi.
Dengan meningkatkan kesadaran akan potensi risiko makanan bakar-bakaran, diharapkan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi diri dari bahaya kanker.